Pages

penggunaan filter polarizer atau filter CPL

Thursday, 27 February 2014

Filter polarizer / CPL (circular polarizer) adalah filter yang agak membingungkan fotografer pemula karena hanya akan menimbulkan efek tertentu jika arah cahaya sesuai dengan posisi kamera, dan juga posisi putaran filter. Jadi seringkali saat memotret dengan filter polarizer, tidak ada bedanya dengan memotret tanpa filter. Kunci suksesnya adalah kita harus mengetahui kapan mengunakan dan tidak mengunakan filter ini.

Filter CPL bertujuan untuk mengurangi pantulan dan meningkatkan saturasi warna. Filter ini paling  efektif jika cahaya menyinari subjek foto dari sisi kiri atau kanan. Dengan kata lain arah cahaya tegak lurus 90 derajat dari posisi kamera. Filter CPL merupakan salah satu filter penting/wajib untuk fotografi pemandangan. Filter ini dapat membuat langit menjadi lebih biru tanpa editing, dan menghilangkan pantulan pada air dan kaca sehingga kita dapat melihat dasar danau/laut atau pemandangan dibalik kaca dengan jernih.

Dalam kasus dua foto dibawah ini, filter CPL saya gunakan untuk mengurangi pantulan cahaya dari dedaunan yang basah karena hujan seharian. Perhatikan dengan seksama perbedaan antara kedua foto ini.

Tanpa filter polarizer, sebagian besar daun memantulkan cahaya, dan warna hijau daun tidak cerah
Tanpa filter polarizer, sebagian besar daun memantulkan cahaya, dan warna hijau daun tidak cerah. ISO 100, f/16, 3 detik, 17mm. Gambar dibuat dengan tripod

Setelah filter polarizer dipasang, dan diputar sampai sesuai, pantulan cahaya pada daun berkurang banyak dan saturasi warna juga lebih tinggi.

Setelah filter polarizer dipasang, dan diputar sampai sesuai, pantulan cahaya pada daun berkurang banyak dan saturasi warna juga lebih tinggi. ISO 100, f/16, 8 detik, 17mm. kalau di kamera APS-C, sekitar 11 mm. Gambar dibuat dengan tripod

Bagi yang teliti bukan hanya melihat perbedaan di kedua gambar diatas, juga akan memperhatikan bahwa shutter speed yang digunakan berbeda. Shutter speed gambar tanpa polarizer adalah 3 detik, sedangkan shutter speed dengan filter polarizer 8 detik.

Artinya, saat memasang filter polarizer, kamera perlu cahaya yang lebih banyak, maka dari itu shutter speednya menjadi lebih lambat, sekitar 1-1.3 stop (dari 3 detik ke 6 detik = 1 stop). Filter polarizer memang seperti kacamata hitam. Saat dipasang, filter membatasi sebagian cahaya yang masuk ke lensa dan kamera. Karena itulah filter polarizer, saya tidak menganjurkan untuk selalu dipasang di depan lensa.


filter polarizer air terjun – ISO 100, f/16, 3 detik, 32mm

Terus terang saya adalah orang yang paling malas pakai filter. Sebagian besar lensa saya tidak saya pasang filter termasuk filter UV, tapi lensa polarizer adalah salah satu lensa yang sering saya bawa saat memotret pemandangan, seperti memotret aliran air seperti diatas. Keuntungannya ganda, pertama mengurangi pantulan cahaya, kedua yaitu mengurangi cahaya yang masuk sehingga saya dapat mengunakan shutter speed yang lambat supaya aliran air mulus seperti kapas.

Cara penggunaannya yaitu pasanglah filter di depan lensa dengan memutarnya seperti memutar sekrup, lalu putar filter polarizernya sampai pantulan di daun atau batu-batuannya hilang dan permukaan batu menjadi gelap.

filter-bw-polarizer-slim

Saya mengunakan filter B+W CPL Slim seperti gambar diatas. “Slim” berarti filter polarizer ini sangat tipis, sehingga tidak membuat ujung-ujung bidang gambar menjadi gelap (vinyet) saat memakai lensa lebar seperti 16-35mm. Saya mempercayakan filter merek B+W buatan Jerman beberapa tahun belakangan ini karena kualitasnya sudah teruji.

No comments:

Post a Comment