Pages

5 Salah paham tentang Webometrics

Sunday 2 March 2014




Kaget juga seorang profesor di sebuah universitas negeri, berkomentar di media online tentang webometrics, namun sayangnya komentarnya kurang relevan, sepertinya belum memahami webometrics secara mendalam, hanya sekedar ‘itu adalah sistem perangkingan dunia’
Sudah belasan kali (mungkin puluhan kali) saya mengisi workshop2 tentang webometrics di berbagai perguruan tinggi, dan memang ada pemahaman yang tidak merata, ini menjadikan pincang, dalam memahami sistem ranking webometrics.
Nah untuk mengantisipasi kesalahan besar dalam memahami perangkingan webometrics ini saya berikan 5 salah paham tentang webometrics, agar masyarakat bisa memahami filosofi webometrics dengan tepat
  1. Katanya sistem ranking webometrics bukan gambaran kualitas perguruan tinggi yg sebenarnya. Jawab : Loh, itu penialaian yg sebenarnya, namun bukan semua aspek perguruan tinggi dipertaruhkan di sana, seperti layaknya sistem penilaian lain yang parsial, , misal kompetisi GREEN CAMPUS, kompetisi kampur terbersih, seperti komperisi sepak bola, lomba karya tulius, kompetisi olimpiade, kontes robot dll bahwa yg kalah menang di sana bukan berarti total kualitas perguruan tinggi secara menyeluruh jg dipertaruhkan dg cara itu.
  2. Katanyasistem ranking webometrics bisa rekayasa. Jawab : Soal rekayasa pada semua lini penilaian bisa dijalankan, bahkan utk Akreditasi BAN PT saja juga bisa terjadi, persoalannya jika ada rekayasa, itu kesalahan besar partisipan, bukan pada penyelenggaraan kompetisi atau assesmentnya, tinggal pertajam sistem akurasi penilainnya.
  3. Katanya sistem ranking webometricstidak ada manfaat. Jawab : Semua bentuk popularitas perguruan tinggi kelas dunia, yang hadir dari sistem soft selling seperti penilaian webometics ini, sangat berguna karena komparasi antar perguruan tinggi, menjadi horisontal antara perguruan tinggi di malaysia, indonesia, kanada, korea, memang selama ini perguruan tinggi merasa bahwa popularitas hanya dari pergerakan hardselling, seperti iklan, promosi, komisi ke pengampu ke SMA, dll
  4. Katanya sistem ranking webometrics soal adu kekuatan IT. Jawab : bukan IT semata, namun metode penilaiany lebih menggunakan IT BASED, namun obyek penilaian justru tidak dari IT semata, karena misal jurnal, skripsi, partisipasi dosen, karya tulis, kerjasama luar, dll menjadi point penting juga.
  5. Katanya sistem ranking webometrics tidak berdampak untuk internal Perguruan tinggi, Jawab : jika semua elemen webometrics dioptimalkan, dan diposisikan webometrics sebagai cerminan prestasi media online dan benchmarking, maksudnya webometrics bukan tujuan utama, maka yang terjadi nanti adalah tertibnya administrasi online, baik dari tenaga kependidikan/pendidik/mahasiswa/alumni dan media2 pendukunganya. Karena akan ada kedisipilinan dalam kualitas dan publikasi dari potensi perguruan tinggi. Sayangnya memang kadang ini mengusik zona nyaman para pemangku jabatan dan tenaga pendidik di perguruan tinggi, sehinga memacu resistensi.
So, darikaca marketing ranking webometrics dapat meningkatan visibiliti yang positif ke nasional dan dunia, tinggal apakan kita memang open mind?

sumber : http://ipan.staff.uii.ac.id/2014/01/5-salah-paham-tentang-webometrics/

No comments:

Post a Comment

 

The Battle of Surabaya

STMIK AMIKOM Yogyakarta

Search This Blog

Total Pageviews

Translate

Archives

Powered by Blogger.